Kamis, 15 Oktober 2015

Kitab Uquudu Lujain Fii Bayaani Huquuzzaujaini

Shahabat-shahabat yang dirahmati oleh Alloh S.W.T, Alhamdulillah segala puji tersanjung kehadirat Alloh S.W.T Sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada sayyidina Muhammad S.A.W beserta keluarganya dan para shahabat, sejumlah bilangan semua perkara yang diketahui Alloh. “Amma ba’du”. Izinlah kami menulis buletin ini dengan suatu pegangan kitab, yang insya Alloh kami ambil dari kitab “UQUUDU LUJAIN FII BAYAANIHUQUUQUZZAUJAINI” Kami sangat berharap memperoleh pertolongan Alloh, keikhlasan, diterima dan ber manfa’at dalam segala hal yang berkaitan dengan risalah yang kami tulis ini, semata karena kemuliaan sayyidinaMuhammad S.A.W para istrinya anak cucunya dan golongan beliau.Risalah ini kami hadiahkan kepada kedua orang tua kami, dengan harapan memperoleh pengampuan dari Alloh, dan mudah-mudahan derajatnya ditinggikan. Sesungguhnya Alloh S.W.T adalah dzat yang maha luas pengampunan Nya dan dzat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

PASAL I
HAK-HAK ISTRI TERHADAP SUAMI
Alloh S.W.T berfiman sebagaimana tersebut dalam Surat An-Nisaa ; Ayat 19:
“WA ‘AASYIRUUHUNNA BILMA’RUUFI”
Artinya : “ Dan pergauilah mereka (istri-istrimu) dengan baik “
Yang dimaksud adalah pergaulan secara adil. Baik dalam pembagian giliran
(kalau kebetulan polygami), pemberian belanja dan berperangai baik dalam
ucapan dan tindakan.
Dalam Surat Al-Baqoroh ayat 228 diterangkan:
Artinya : “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengankewajiban
nya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami mempunyai suatu
tingkatan kelebihan daripada istrinya. ”
Diriwayatkan dari nabi S.A.W bahwa, saat beliau menunaikan haji wada’
belau bersabda : Setelah beliau memuji Alloh S.W.T dan menyanjung-Nya
serta memberi petuah pada kaum muslimin yang hadir, Beliau melanjutkan
sabdanya:
“Ingatlah, berikanlah wasiat kepada para wanita secara baik, karena mereka
hanyalah sebagai tawanan dihadapanmu. Sesungguhnya kalian tidak memiliki
apapun dari mereka kecuali kebaikan. kecuali jika mereka itu (wanita) datang
dengan membawa perbuatan buruk yang jelas. Kalau wanita melakukan perbuatan tercela, maka berpisahlah sebatas tempat tidur dan pukullah
dengan pukulan yang tidak membahayakan.
Kalau istrimu mentaati maka kamu jangan mencari alasan lain untuk
mengusiknya. Ingatlah sesungguhnya kamu mempunyai hak atas istri dirimu.
Diantara hak kalian atas istri-istrimu adalah melarang istrimu menggelar
tikarmu terhadap orang yang tidak kamu sukai dan tidak mengijinkan istriistrimu
memasukkan orang yang tidak kamu sukai. Ingatlah, bahwa diantara
hak-hak istrimu adalah memberi pakaian yang baik kepadanya dan demikian
pula dalam hal makanannya. ”

BAB 2
Rasululloh S.A.W bersabda, Artinya: “ Hak istri atas suami adalah memberi
makan kepadanya jika ia (suami) makan, memberi pakaian kepadanya
apabila ia (suami) berpakaian, dan jangan menampar wajah, jangan
menjelek-jelekkan dan jangan membiarkan (memisahkannya) kecuali dalam
hal tempat tidur. (riwayat Thamrani dari Muawiyah bin Haidah).
Rosulloh S.A.W bersabda:
“AYYUMAA ROJULIN TAZAWWAJA IMROATAN ‘ALAA MAAQOLLA
MINALMAHRI AU KATSURO LAISYA FII NAFSIHI ANYUADDIYA
HAQQOHAA KHODDA’AHAA FAMAATA WALAM YUADDI ILAIHAA
HAQQOHAA LAQIYALLOHA YAUMAL QIYAMATA WAHUWA ZAARIN”
Artinya: “Siapapun orang laki-laki yang menikahi seorang wanita dengan
maskawin yang hanya sedikit atau banyak, tetapi drinya berniat untuk tidak
memenuhi hak-hak istri (yakni bermaksud menipunya) lalu lelaki itu mati
hingga belum pernah memenuhi hak-hak istrinya, maka dihari kiamat kelak ia
akan menghadap Alloh S.W.T dengan menyandang predikat sebagai pezina.”
Rosulloh S.A.W bersabda : “INNA MIN AKMALIL MU’MINIINA IIMAANAN
AHSANUHUM KHULUQON WAALTHOFUHUM BIAHLIHII. ”
Artinya: ”Sesunguhnya diantara kesempurnaan keimanan orang mukmin
adalah mereka yang lebih bersikap kasih sayang (berlaku lemah lembut)
terhadap istrinya. ” (riwayat Turmudzi dan Hakim dari Aisyah).

UNTUK MENGETAHUI KECOCOKAN SUATU ILMU GHOIB

Ilmu gaib sifatnya cocok-cocokan/berjodoh tergantung wadag atau badan kita. Ilmu gaib yang cocok untuk orang lain, belum tentu cocok untuk kita. Nah, agar kita bisa mengetahui apakah ilmu gaib yang akan diamalkan cocok atau tidak maka lakukan amalan berikut ini.

1. Shalat sunah istikharah 2 rakaat.

2. Selesai shalat baca fatihah :
- Untuk Nabi Muhammad SAW, Syeh Abdul Qodir Jaelani 1x,
- Untuk keilmuan yang akan dialamkan 1x
- untuk diri kita sendiri 1x
- Berdoa dengan bahasa sendiri misalnya "Ya Allah mohon petunjukMu agar saya mengetahui apakah ilmu... (sebutkan nama ilmunya) cocok dengan saya atau tidak".

3. Baca surah yasin ayat 82 sebanyak 7x. Pada bacaan yang ke 7, anda tahan nafas sekuat mungkin dan hembuskan jika sudah kuat lalu bernafaslah seperti biasa. Jika perasaan di hati terasa tenang, damai dan ada hawa semilir atau sejuk yang menerpa tubuh anda maka insya Allah ilmu tersebut cocok/berjodoh untuk anda tetapi sebaliknya jika di hati ada perasaan was-was atau tidak tenang maka sebaiknya jangan dulu mengamalkan karena mungkin saat ini belum cocok untuk anda.

MUTIARA SYEKH ABDUL QODIR JAILANI ra

Keluarlah dari kedirian, jauhilah dia, dan pasrahkanlah segala sesuatu kepada Allah, jadilah penjaga pintu hatimu, patuhilah senantiasa perintah-perintah-Nya, hormatilah larangan-larangan-Nya, dengan menjauhkan segala yang diharamkan-Nya. Jangan biarkan kedirianmu masuk ke dalam hatimu, setelah keterbuanganmu. Mengusir kedirian dari hati, haruslah disertai pertahanan terhadapnya, dan menolak pematuhan kepadanya dalam segala keadaan. Mengizinkan ia masuk ke dalam hati, bererti rela mengabdi kepadanya, dan berintim dengannya. Maka, jangan menghendaki segala yang bukan kehendak Allah. Segala kehendak yang bukan kehendak Allah, adalah kedirian, yang adalah rimba kejahilan, dan hal itu membinasakanmu, dan penyebab keterasingan dari-Nya. Kerana itu, jagalah perintah Allah, jauhilah larangan-Nya, berpasrahlah selalu kepada-Nya dalam segala yang telah ditetapkan-Nya, dan jangan sekutukan Dia dengan sesuatu pun. Jangan berkehendak diri, agar tak tergolong orang-orang musyrik. Allah berfirman: "Barang siapa mengharap penjumpaan (liqa') dengan Tuhannya, maka hendaklah mengerjakan amal saleh dan tidak menyekutukanNya." (QS 18.Al Kahfi: 110)

Kesyirikan tak hanya penyembahan berhala. Pemanjaan nafsu jasmani, dan menyamakan segala yang ada di dunia dan akhirat dengan Allah, juga syirik. Sebab selain Allah adalah bukan Tuhan. Bila kau tenggelamkan dalam sesuatu selain Allah bererti kau menyekutukan-Nya. Oleh sebab itu, waspadalah, jangan terlena. Maka dengan menyendiri, akan diperolehi keamanan. Jangan menganggap dan mengklaim segala kemaujudan atau maqam-mu, berkat kau sendiri. Maka, bila kau berkedudukan, atau dalam keadaan tertentu, jangan membicarakan hal itu kepada orang lain. Sebab dalam perubahan nasib yang terjadi dari hari ke hari, keagungan Allah mewujud, dan Allah mengantarai hamba-hambaNya dan hati-hati mereka. Bisa-bisa yang kau percakapkan, sirna darimu, dan yang kau anggap abadi, berubah, hingga kau dimalukan di hadapan yang kau ajak bicara. Simpanlah pengetahuan ini dalam lubuk hatimu, dan jangan perbincangkan dengan orang lain. Maka jika hal itu terus maujud, maka hal itu akan membawa kemajuan dalam pengetahuan, nur, kesedaran dan pandangan. Allah berfirman: "Segala yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan terlupakan, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya, atau yang sepertinya. Tidakkah kamu ketahui bahawa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS 2.Al Baqarah: 106)

Jangan menganggap Allah tak berdaya dalam sesuatu hal, jangan menganggap ketetapan-Nya tak sempurna, dan jangan sedikit pun ragu akan janji-Nya. Dalam hal ini ada sebuah contoh luhur dalam Nabi Allah. Ayat-ayat dan surah-surah yang diturunkan kepadanya, dan yang dipraktikkan, dikumandangkan di masjid-masjid, dan termaktub di dalam kitab-kitab. Mengenai hikmah dan keadaan rohani yang dimilikinya, ia sering mengatakan bahawa hatinya sering tertutup awan, dan ia berlindung kepada Allah tujuh puluh kali sehari. Diriwayatkan pula, bahawa dalam sehari ia dibawa dari satu hal ke hal lain sebanyak seratus kali, sampai ia berada pada maqam tertinggi dalam kedekatan dengan Allah. Ia diperintahkan untuk meminta perlindungan kepada Allah, kerana sebaik-baik seorang hamba iaitu berlindung dan berpaling kepada Allah. Kerana, dengan begini, ada pengakuan akan dosa dan kesalahannya, dan inilah dua macam mutu yang terdapat pada seorang hamba, dalam segala keadaan kehidupan, dan yang dimilikinya sebagai pusaka dari Adam as., 'bapak' manusia, dan pilihan Allah.

Berkatalah Adam a.s.: "Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tak mengampuni kami, dan merahmati kami, niscaya kami akan termasuk orang-orang yang merugi." (QS. 7.Al-A'raaf: 23). Maka turunlah kepadanya cahaya petunjuk dan pengetahuan tentang taubat, akibat dan tentang hikmah di balik peristiwa ini, yang takkan terungkap tanpa ini; lalu Allah berpaling kepada mereka dengan penuh kasih sayang, sehingga mereka bisa bertaubat.

Dan Allah mengembalikannya ke hal semua, dan beradalah ia pada peringkat wilayat yang lebih tinggi, dan ia dikurniai maqam di dunia dan akhirat. Maka menjadilah dunia ini tempat kehidupannya dan keturunannya, sedang akhirat sebagai tempat kembali dan tempat peristirehatan abadi mereka. Maka, ikutilah Nabi Muhammad Saw., kekasih dan pilihan Allah, dan nenek moyangnya, Adam, pilihan-Nya - keduanya adalah kekasih Allah - dalam hal mengakui kesalahan dan berlindung kepada-Nya dari dosa-dosa, dan dalam hal bertawadhu' dalam segala keadaan kehidupan.


Bila kau berada dalam hal tertentu, jangan mengharapkan hal yang lain, baik yang lebih tinggi mahupun yang lebih rendah. Jadi bila kau berada di pintu gerbang istana Raja, jangan berkeinginan untuk masuk ke istana itu, kecuali terpaksa. Yang dimaksud dengan terpaksa ialah diperintah terus-menerus. Dan jangan menganggapnya sebagai izin masuk, kerana mungkin saja Raja menjebakmu. Tapi, bersabarlah, sampai kau benar-benar dipaksa memasukinya oleh sang Raja. Dengan demikian, sang Raja takkan menghukummu, kerana Dia sendiri menghendakinya. Jika kau toh dihukum, tentu disebabkan oleh keburukan kehendak, kerakusan, ketaksabaran, kekurang ajaran, dan keinginanmu untuk berpuas dengan keadaan kehidupanmu. Bila kau harus masuk ke dalamnya kerana terpaksa, masuklah dengan penuh ketenangan dan ketundukan pandangan, bersikaplah yang layak dan indahkanlah semua perintah-Nya dengan sepenuh jiwa tanpa mengharapkan kemajuan dalam tingkat kehidupan. Allah berfirman kepada Rasul pilihan-Nya : "Dan janganlah engkau tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka sebagai hiasan hidup, untuk Kami uji mereka dengannya. Dan kurnia Tuhanmu lebih baik dan abadi." (QS 20. Thaahaa: 131)

Dengan firman-Nya: "Dan kurnia Tuhanmu lebih baik dan abadi". Allah memperingatkan Nabi pilihan-Nya, agar menghargai hal yang ada, dan mensyukuri kurnia-kurnia-Nya. Dengan kata lain, perintah ini adalah sebagai berikut: "Segala yang telah Aku kurniakan kepadamu - kebaikan, kenabian, ilmu, keredhaan, kesabaran, kerajaan agama, dan jihad di jalanKu - lebih baik dan lebih berharga berbanding semua yang Kuberikan kepada yang lain." Jadi, segala kebaikan terletak pada menghargai dan mensyukuri keadaan yang ada, dan menghindarkan selainnya, kerana hal semacam itu merupakan ujian dari-Nya. Jadi bila sesuatu telah ditentukan-Nya bagimu, tentu sesuatu itu akan datang kepadamu, suka atau tidak suka. Kerananya, sungguh tak patut, bila kekurang layakan dan kerakusan terwujud padamu, kedua-duanya tertolak oleh akal dan ilmu. Dan jika sesuatu itu ditakdirkan-Nya bagi orang lain, mengapa kau bersusah payah meraih sesuatu yang tak bisa kau raih? Dan jika sesuatu tak diturunkan-Nya kepada siapapun, hanya sebagai ujian, mana mungkin seorang arif menyukainya dan berupaya keras meraih itu? Terbuktilah, bahawa seluruh kebaikan dan keselamatan terletak pada menghargai keadaan yang ada. Maka, bila kau dinaikkan ke tingkat atas, sampai ke atap istana, maka kau sebagaimana telah kami nyatakan, mesti sedar diri, tenang, dan baik-laku. Kau mesti berbuat lebih dari ini, sebab kau kini lebih dekat kepada sang Raja, dan lebih dekat kepada mara bahaya.

Maka, jangan menginginkan perubahan keadaan yang ada padamu. Nah, kau tak punya pilihan dalam masalah ini, sebab hal itu mendorong ketak bersyukuran atas rahmat-rahmat yang ada, dan cita semacam ini menjadikan terhina, baik di dunia mahupun di akhirat. Maka berlakulah sebagamana yang telah kami nasihatkan kepadamu, sampai kau dikurnia oleh Allah maqam yang teguh, dan takkan tergoyahkan dengan segala tanda dan isyaratnya. Kerana itu, tambatkanlah padanya dan jangan biarkan dirimu lepas darinya. (Keadaan perubahan rohani) adalah milik para wali, sedang maqam (peringkat rohani) adalah milik para badal.


MUTIARA SYEKH ABDUL QODIR JAILANI ra

Bila kau melihat dunia ini, berada di tangan mereka, dengan segala hiasan, dan tipuannya, dengan segala bisa mematikannya, yang tampak lembut sentuhannya, padahal, sebenarnya mematikan bagi yang menyentuhnya, mengecoh mereka, dan membuat mereka mengabaikan kemudharatan tipu daya dan janji-janji palsunya - bila kau lihat semua ini - berlakulah bagai orang yang melihat seseorang menuruti nalurinya, menonjolkan diri, dan kerananya, mengeluarkan bau busuk. Bila (dalam situasi semacam itu) kau enggan memerhatikan kebusukannya, dan menutup hidung dari bau busuk itu, begitu pula kau berlaku terhadap dunia; bila kau melihatnya, palingkan penglihatanmu dari segala kepalsuan, dan tutuplah hidungmu dari kebusukan hawa nafsu, agar kau aman darinya dan segala tipu-dayanya, sedang bahagianmu menghampirimu segera, dan kau menikmatinya. Allah telah berfirman kepada Nabi pilihan-Nya: "Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, untuk Kami uji mereka dengannya, dan kurnia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal." (QS.20 -Thaaha :131).

Lenyaplah dari (pandangan) manusia, dengan perintah Allah, dan dari kedirian, dengan perintah-Nya, hingga kau menjadi bahtera ilmu-Nya. Lenyapnya diri dari manusia, ditandai oleh pemutusan diri sepenuhnya dari mereka, dan pembebasan jiwa dari segala harapan mereka. Tanda lenyapnya diri dari segala nafsu ialah, membuang segala upaya memperolehi sarana-sarana duniawi dan berhubungan dengan mereka demi sesuatu manfaat, menghindarkan kemudharatan; dan tak bergerak demi kepentingan peribadi, dan tak bergantung pada diri sendiri dalam hal-hal yang berkenaan dengan dirimu, tak melindungi atau membantu diri, tetapi memasrahkan semuanya hanya kepada Allah, kerana Ia pemilik segalanya sejak awal hingga akhirnya; sebagaimana kuasaNya, ketika kau masih disusui.

Hilangnya kemahuanmu dengan kehendakNya, ditandai dengan ketak-pernahan menentukan diri, ketakbertujuan, ketakbutuhan, kerana tak satu tujuan pun termiliki, kecuali satu, iaitu Allah. Maka, kehendak Allah mewujud dalam dirimu, sehingga kala kehendakNya beraksi, maka pasiflah organ-organ tubuh, hati pun tenang, fikiran pun cerah, berserilah wajah dan rohanimu, dan kau atasi kebutuhan-kebutuhan bendawi berkat berhubungan dengan Pencipta segalanya. Tangan Kekuasaan senantiasa menggerakkanmu, lidah Keabadian selalu menyeru namamu, Tuhan Semesta alam mengajarmu, dan membusanaimu dengan nurNya dan busana rohani, dan mendapatkanmu sejajar dengan para ahli hikmah yang telah mendahuluimu.

Sesudah ini, kau selalu berhasil menaklukkan diri, hingga tiada lagi pada dirimu kedirian, bagai sebuah bejana yang hancur lebur, yang bersih dari air, atau larutan. Dan kau terjauhkan dari segala gerak manusiawi, hingga rohanimu menolak segala sesuatu, kecuali kehendak Allah. Pada maqam ini, keajaiban dan adialami akan ternisbahkan kepadamu. Hal-hal ini tampak seolah-olah darimu, padahal sebenarnya dari Allah.

Maka kau diakui sebagai orang yang hatinya telah tertundukkan, dan kediriannya telah musnah, maka kau diilhami oleh kehendak Ilahi dan dambaan-dambaan baru dalam kemaujudan sehari-hari. Mengenai maqam ini, Nabi Suci saw, telah bersabda: "Tiga hal yang kusenangi dari dunia - wewangian, wanita (isteri solehah) dan shalat - yang pada mereka menyejukkan mataku." Sungguh, hal-hal dinisbahkan kepadanya, setelah hal-hal itu sirna darinya, sebagaimana telah kami isyaratkan. Allah berfirman: "Aku bersama orang-orang yang patah hati demi Aku."

Allah Yang Maha Tinggi takkan besertamu, sampai kedirianmu sirna. Dan bila kedirianmu telah sirna, dan kau abaikan segala sesuatu, kecuali Dia, maka Allah menyegarbugarkan kamu, dan memberimu kekuatan baru, yang dengan itu, kau berkehendak. Bila di dalam dirimu masih juga terdapat noda terkecil pun, maka Allah meremukkanmu lagi, hingga kau senantiasa patah-hati. Dengan cara begini Ia terus menciptakan kemahuan baru di dalam dirimu, dan bila kedirian masih maujud, maka Dia hancurkan lagi, sampai akhir hayat dan bertemu (liqa') dengan Tuhan. Inilah makna firman Allah: " Aku bersama orang-orang yang putus asa demi Aku, " Dan makna kata: "Kedirian masih maujud" ialah kemasih-kukuhan dan kemasih puasan dengan keinginan-keinginan barumu. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman kepada Nabi Suci saw: "Hamba-Ku yang beriman senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku, dengan mengerjakan shalat-shalat sunnah yang diutamakan, sehingga Aku mencintainya, dan apabila Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi telinganya, dengannya ia mendengar, dan menjadi matanya, dengannya ia melihat, dan menjadi tangannya, dengannya ia bekerja, dan menjadi kakinya, dengannya ia berjalan." Tak diragukan lagi, beginilah keadaan fana.

Maka Dia menyelamatkanmu dari kejahatan makhluq-Nya, dan menenggelamkanmu ke dalam samudera kebaikanNya; sehingga kau menjadi pusat kebaikan, sumber rahmat, kebahagiaan, kenikmatan, kecerahan, kedamaian, dan kesentosaan. Maka fana (penafian diri) menjadi tujuan akhir, dan sekaigus dasar perjalanan para wali. Para wali terdahulu, dari berbagai maqam, senantiasa beralih, hingga akhir hayat mereka, dari kehendak peribadi kepada kehendak Allah. Kerana itulah mereka disebut badal (sebuah kata yang diturunkan dari badala, yang bererti: berubah). Bagi peribadi-peribadi ini, menggabungkan kehendak peribadi dengan kehendak Allah, adalah suatu dosa.

Bila mereka lalai, terbawa oleh tipuan perasaan dan ketakutan, maka Allah Yang Maha Besar menolong mereka dengan kasih sayangNya, dengan mengingatkan mereka sehingga mereka sedar dan berlindung kepada Tuhan, kerana tak satu pun mutlak bersih dari dosa kehendak, kecuali para malaikat. Para malaikat senantiasa suci dalam kehendak, para Nabi senantiasa terbebas dari kedirian, sedang para jin dan manusia yang dibebani pertanggung jawaban moral, tak terlindungi. Tentu, para wali terlindung dari kedirian, dan para badal dari kekotoran kehendak. Kendati mereka tak bisa dianggap terbebas dari dua keburukan ini, kerana mungkin bagi mereka berkecenderung kepada dua kelemahan ini, tapi Allah melimpahi rahmatNya dan menyedarkan mereka.

MUTIARA SYEKH ABDUL QODIR JAILANI ra

Apabila seorang hamba Allah mengalami kesulitan hidup, maka pertama-tama ia cuba mengatasinya dengan upayanya sendiri. Bila gagal ia mencari pertolongan kepada sesamanya, khususnya kepada raja, penguasa, hartawan; atau bila dia sakit, kepada doktor. Bila hal ini pun gagal, maka ia berpaling kepada Khaliqnya, Tuhan Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan berdo'a kepada-Nya dengan kerendah-hatian dan pujian. Bila ia mampu mengatasinya sendiri, maka ia takkan berpaling kepada sesamanya, demikian pula bila ia berhasil kerana sesamanya, maka ia takkan berpaling kepada sang Khaliq.

Kemudian bila tak juga memperolehi pertolongan dari Allah, maka dipasrahkannya dirinya kepada Allah, dan terus demikian, mengemis, berdo'a merendah diri, memuji, memohon dengan harap-harap cemas. Namun, Allah Yang Maha Besar dan Maha Kuasa membiarkan ia letih dalam berdo'a dan tak mengabulkannya, hingga ia sedemikian terkecewa terhadap segala sarana duniawi. Maka kehendak-Nya mewujud melaluinya, dan hamba Allah ini berlalu dari segala sarana duniawi, segala aktiviti dan upaya duniawi, dan bertumpu pada rohaninya.

Pada peringkat ini, tiada terlihat olehnya, selain kehendak Allah Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa, dan sampailah dia tentang Keesaan Allah, pada peringkat haqqul yaqin (* tingkat keyakinan tertinggi yang diperolehi setelah menyaksikan dengan mata kepala dan mata hati). Bahawa pada hakikatnya, tiada yang melakukan segala sesuatu kecuali Allah; tak ada penggerak tak pula penghenti, selain Dia; tak ada kebaikan, kejahatan, tak pula kerugian dan keuntungan, tiada faedah, tiada memberi tiada pula menahan, tiada awal, tiada akhir, tak ada kehidupan dan kematian, tiada kemuliaan dan kehinaan, tak ada kelimpahan dan kemiskinan, kecuali kerana ALLAH.

Maka di hadapan Allah, ia bagai bayi di tangan perawat, bagai mayat dimandikan, dan bagai bola di tongkat pemain polo, berputar dan bergulir dari keadaan ke keadaan, dan ia merasa tak berdaya. Dengan demikian, ia lepas dari dirinya sendiri, dan melebur dalam kehendak Allah. Maka tak dilihatnya kecuali Tuhannya dan kehendak-Nya, tak didengar dan tak dipahaminya, kecuali Ia. Jika melihat sesuatu, maka sesuatu itu adalah kehendak-Nya; bila ia mendengar atau mengetahui sesuatu, maka ia mendengar firman-Nya, dan mengetahui lewat ilmu-Nya. Maka terkurniailah dia dengan kurnia-Nya, dan beruntung lewat kedekatan dengan-Nya, dan melalui kedekatan ini, ia menjadi mulia, redha, bahagia, dan puas dengan janji-Nya, dan bertumpu pada firman-Nya. Ia merasa enggan dan menolak segala selain Allah, ia rindu dan senantiasa mengingati-Nya; makin mantaplah keyakinannya pada-Nya, Yang Maha Besar lagi Maha Kuasa. Ia bertumpu pada-Nya, memperolehi petunjuk dari-Nya, berbusana nur ilmu-Nya, dan termuliakan oleh ilmu-Nya. Yang didengar dan diingatnya adalah dari-Nya. Maka segala syukur, puji, dan sembah tertuju kepada-Nya.

Bila kamu abaikan ciptaan, maka: "Semoga Allah merahmatimu," Allah melepaskanmu dari kedirian, "Semoga Allah merahmatimu," Ia mematikan kehendakmu; "Semoga Allah merahmatimu," maka Allah mendapatkanmu dalam kehidupan (baru).
Kini kau terkurniai kehidupan abadi; diperkaya dengan kekayaan abadi; dikurniai kemudahan dan kebahagiaan nan abadi, dirahmati, dilimpahi ilmu yang tak kenal kejahilan; dilindungi dari ketakutan; dimuliakan, hingga tak terhina lagi; senantiasa terdekatkan kepada Allah, senantiasa termuliakan; senantiasa tersucikan; maka menjadilah kau pemenuh segala harapan, dan ibaan pinta orang mewujud pada dirimu; hingga kau sedemikian termuliakan, unik, dan tiada tara; tersembunyi dan terahsia.
Maka, kau menjadi pengganti para Rasul, para Nabi dan para shiddiq. Kaulah puncak wilayat, dan para wali yang masih hidup akan mengerumunimu. Segala kesulitan terpecahkan melaluimu, dan sawah ladang terpaneni melalui do'amu; dan sirnalah melalui do'amu, segala petaka yang menimpa orang-orang di desa terpencil pun, para penguasa dan yang dikuasai, para pemimpin dan para pengikut, dan semua ciptaan. Dengan demikian kau menjadi agen polisi (kalau boleh disebut begitu) bagi kota-kota dan masyarakat.

Orang-orang bergegas-gegas mendatangimu, membawa bingkisan dan hadiah, dan mengabdi kepadamu, dalam segala kehidupan, dengan izin sang Pencipta segalanya. Lidah mereka senantiasa sibuk dengan doa dan syukur bagimu, di manapun mereka berada. Tiada dua orang Mukmin berselisih tentangmu. Duhai, yang terbaik di antara penghuni bumi, inilah rahmat Allah, dan Allahlah Pemilik segala rahmat.


MUTIARA SYEKH ABDUL QODIR JAILANI ra

Tiga hal mutlak bagi seorang Mukmin, dalam segala keadaan, iaitu:
(1) harus menjaga perintah-perintah Allah,
(2) harus menghindar dari segala yang haram,

(3) harus redha dengan takdir Yang Maha Kuasa. Jadi seorang Mukmin, paling tidak, memiliki tiga hal ini. Bererti, ia harus memutuskan untuk ini, dan berbicara dengan diri sendiri tentang hal ini serta mengikat organ-organ tubuhnya dengan ini.

 Ikutilah (Sunnah Rasul) dengan penuh keimanan, jangan membuat bid'ah, patuhilah selalu kepada Allah dan Rasul-Nya, jangan melanggar; junjung tinggilah tauhid dan jangan menyekutukan Dia; sucikanlah Dia senantiasa dan jangan menisbahkan sesuatu keburukan pun kepada-Nya. Pertahankan Kebenaran-Nya dan jangan ragu sedikit pun. Bersabarlah selalu dan jangan menunjukkan ketidaksabaran. Beristiqomahlah; berharaplah kepada-Nya, jangan kesal, tetapi bersabarlah. Bekerjasamalah dalam ketaatan dan jangan berpecah-belah. Saling mencintailah dan jangan saling mendendam. Jauhilah kejahatan dan jangan ternoda olehnya. Percantiklah dirimu dengan ketaatan kepada Tuhanmu; jangan menjauh dari pintu-pintu Tuhanmu; jangan berpaling dari-Nya.
Segeralah bertaubat dan kembali kepada-Nya. Jangan merasa jemu dalam memohon ampunan kepada Khaliqmu, baik siang mahupun malam; (jika kamu berlaku begini) niscaya rahmat dinampakkan kepadamu, maka kamu bahagia, terjauhkan dari api neraka dan hidup bahagia di syurga, bertemu Allah, menikmati rahmat-Nya, bersama-sama bidadari di syurga dan tinggal di dalamnya untuk selamanya; mengendarai kuda-kuda putih, bersuka ria dengan hurhur bermata putih dan aneka aroma, dan melodi-melodi hamba-hamba sahaya wanita, dengan kurnia-kurnia lainnya; termuliakan bersama para nabi, para shiddiq, para syahid, dan para shaleh di syurga yang tinggi.

TANDA TANDANYA BALIGH

فصل
علامات  البلوغ ثلاث: تمام خمس عشرة سنه في الذكروالأنثى، والاحتلام في الذكر والأنثى لتسع سنين، والحيض في الأنثى لتسع سنين.
TANDA BALIGH ADA 3
  1. Telah sempurma berumur 15 tahun bagi laki-laki maupun perempuan,
  2. Bermimpi (mimpi basah, penj) bagi laki-laki maupun perempuan karena telah berumur 9 tahun,
  3. Haidl bagi perempuan karena berumur 9 tahun.